Api yang berkobar, seperti penguasa. Memecah udara yang sudah panas menjadi semakin menyengat saja. Aku sudah tak tahan lagi. Keringatku bercucuran dan rasanya ingin pingsan saja. Aku menatap dia yang begitu puas menyemburkan bola api yang besar dari mulutnya.
“Hei
Sasuke! Berhentilah melakukan jurus itu! Udara panas sekali!”. Perintahku.
“Sekali
lagi! Sudah lama aku tak menggunakan jurus ini setelah tahu menggunakan
Chidori!” jawabnya.
Kembali
ia menyemburkan api dari mulutnya lagi. Aku sudah benar-benar tidak kuat. Udara
semakin panas. Saking tidak kuatnya, aku sampai-sampai tak bisa berfikir jernih
sehingga ku kumpulkan chakrakudan mengeluarkan jurus. Kehembuskan angin dari
mulutku. Dan disitulah bodohnya aku. Angin yang kuhembuskan bukan memadamkan
api yang ia keluarkan, tapi malah membuat api semakin besar. Aku segera melompat
menghindari api dan diapun begitu. Setelah api padam dia bereriak kearahku dan
berkata,
“Apa
yang kau lakukan, hah?! Kau ingin membakar rumahmu?!”
“Eh,
kau tak bisa menyalahkan aku seperti itu! Sudah kukatakan padamu udara panas
sekali! Aku tak kuat makanya ku keluarkan jurus angin! Hah... syukur halaman
belakang rumahku luas!”
Dia
tiba-tiba diam t erpaku. Ada sesuatu yang ia fikirkan. Karena heran ku dekati
ia.
“Ada
apa?” tanyaku.
“Iya,
angin! Aku teringat akan klanku. Uchiha! Aku masih belum percaya kalau akulah
satu-satunya penerus klan itu.”
“Sudahlah!
Tak usah sedih seperti itu. Aku mau kok membantumu membangkitkan klan Uchiha.
Klan yang kuat dan diakui semua orang.”
Dia
memalingkan wajahnya dan menatapku. Hah... tatapan itu...
“Lihat!
Ini persis sekali dengan lambang Uchiha kan?” tanyaku sambil memamerkan sebuah
kipas yang kubuat sendiri kusesuaikan dengan lambang Uchiha.
“Ini!
Sekarang kipas aku dengan ini!” perintahku sambil menyodorkan kipas itu
padanya. Dia enggan menerimanya.
“Apa?
Aku tidak mau!”
“Kau
tidak bisa bilang tidak mau, kau yang buat aku seperti ini kan?”
“Oke,
begini saja! Kita bertarung dan jika aku menang, kau harus mau mengipasku
dengan ini. Bagaimana?” tantangku.
“Oke!
Tapi jika aku yang menang, kau harus mentraktirku makan ice cream. Bagaimana?”
“No
problem!” kami sepakat.
“Hmf!
Aku sudah sering membunuh dan melukai banyak orang! Aku tak perlu mengeluarkan
banyak tenaga untuk mengalahkanmu.” Katanya.
“Kau
meremehkanku, kau pikir siapa yang mau dibuuh olehmu?”
Dan
kami mulai bertarung. Entahlah, apa ia benar-benar meremehkanku atau mencoba
mengalah, tapi yang jelas ia bertarung setengah hati.dan hanya dengan sedikit
usaha aku memenangkan pertarungan itu.
“Hei’
kemana semangatmu? Bukankah kau yang mengajariku untuk mengalahkan seseorang,
harus ada hasrat ingin membunuh?” sambil menatapnya yang jatuh tertidur
dihadapanku.
“Aku
tidak akan bisa melakukan hal itu padamu, walaupun itu hanya sekedar hasrat
saja.”
Aku
tersenyum mendengarnya. Kuulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Ia menggapai
tanganku dan berdiri dengan bantuanku.
“Ini!”
kataku sambil memberikan kipa itu padanya. ”Sekarang kipas aku!”
Kami
duduk di bawah pohon dengan dia yang mengipasku. Aku ersenyum melihatnya dengan
wajah ketus. Terkadang aku tertawa geli dan ia semakin ketus saja.
“Haha...
kau lucu dengan wajah seperti itu!” kataku.
“Jangan
bercanda!” jawabnya.
“Hah...
Slowly! Kalau ngipas yang benar dong! Tidak terasa nih!” kataku.
Tiba-tiba
ia terdiam. Tak bisa kulihat matanya saat itu. Tapi sepertinya dia seram sekali.
“Sa...
Sasuke... kipasnya teraliri chakra... Apa tidak apa-apa?”
Dia
diam saja. Wah... ini gawat.
BUUKK!!
Kupukul kepalanya dengan tinjuku.
“Aduh...
Sakit...” dia meringis. “Apa-apaan sih?!”
“Habis
... kau menakutkan sekali! Kipasnya teraliri chakra, sekali kipas aku bisa
terbang, yang benar saja!”
“Kau
minta kan?”
“Tapi
aku tidak minta segitu besar!” teriakku. Aku merebahkan tubuhku ditanah dan
kuletakkan kepalaku dipangkuannya.”Ya sudah, kipas lagi! Tapi sekarang yang
benar ya!”
“Iya,Iya...”
Dia kembalimengipasku. Wajahnya pasrah sekali.
Setelah
lama mengipas dan rasa lelahku hilang aku beranjak dari tidurku dan hendak
pergi.
“Mau
kemana?” tanyanya.
“Kau
jangan kemana-mana ya! Aku akan segera kembali.” Ia tak menjawab. Tapi aku
yakin ia tidak akan kemana-mana.
Aku
kembali dengan membawa 2 buah ice cream di tanganku. Aku kembali didik
disampingnya dan memberikan salah satu ice cream itu. Ia menerimanya dengan
sedikit heran.
“Kenapa?
Aku kalah kan?” tanyanya.
“Sudahlah!
Anggap saja itu ucapan terima kasih karena sudah mau mengipasiku. Aku beruntung
sekali lho! Itu ice cream keluaran terbaru ada 3 rasa berbeda didalamnya dengan
wafell choclate berbentuk jantung dengan topping butiran permen warna-warni,
harganya juga harga promosi. Cobain deh, pasti enak!”
Aku
memakan ice milikku. Tapi ia tidak. Dia masih diam terpaku.
“Eh...
Ayo dimakan! Nanti Icenya mencair lho! Bukannya kamu yang ingin Ice cream?”
“I...
Iya.” Dia memakan Ice creamnya.
“Oh
iya, satu lagi! Kalau makan Ice cream, tidak boleh sambil menyemburkan api,
nanti Icenya mencair dan tak bisa dimakan lagi.” Kataku.
Dia
meringis mencoba menahan amarah. Tapi aku senang dan tertawa cekikikan.
Tiba-tiba kurasakan ia mencium pipiku. Aku terkejut sekali tapi setelah itu
kurasakan pipiku dingin.
“Sasuke,
kau mencium pipiku dengan Ice cream dibibirmu. Lihat pipiku jadi kotor nih!”
kucoba untuk membersihkannya. Tapi ia menahan tanganku dan mencegahnya.
“Jangan
dibersihkan! Biar ku semburkan api agar es dipipimu mencair. Bagaimana?”
“Yang
benar saja! Tubuhku juga akan mencain nanti! Sasuke jahil, ih!”
Dia
tersenyum. Tidak, tapi dia tertawa lepas. Kemudian dia menyandarkan kepalanya
dibahuku.
“Tapi
Ice creamnya benar-benar enak! Terasa segar dan manis sekali!
Kurasa
ia benar. Entah karena kelegihan gula atau perasaan kami saja, tapi Ice cream
itu benar-benar manis. Aku tersenyum sambil ku elus kepalanya yang masih ia
sandarkan dibahuku.-Author : Valiant ikawa (541) 27/4/2009 My Favorite Autor from Fanfiction "She's my friend" ^^
Image : By Taeri Mentari ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar